Tips dan Strategi Membeli Rumah untuk Pekerja Bergaji Rp8 Juta

rumah
Ilustrasi Membeli Rumah Murah

Tips dan Strategi Membeli Rumah untuk Pekerja Bergaji Rp8 Juta- Tentunya setiap karyawan menginginkan apartemen impiannya sejak lama. Sayangnya, hal ini tidak mudah untuk diterapkan. 

 Tentu saja harga rumah tersebut cukup mahal. Berdasarkan hasil Survei Harga Perumahan (SHPR) Bank Indonesia (BI), harga rumah di pasar utama terus meningkat setiap tahunnya hingga triwulan terakhir tahun 2022. 

 Indeks Harga Rumah (IHPR) yang tercatat pada triwulan terakhir tahun 2022 meningkat sebesar 2 persen (y/y), dibandingkan 1,94 persen (kegembiraan) pada triwulan sebelumnya. Melihat fakta tersebut, para karyawan, terutama yang gajinya sekitar 8 juta rubel per bulan, mungkin perlu memikirkan strategi untuk membeli apartemen. 

 Jadi apa strategi ini? 

 1. Hitung kebutuhan 

 Andi Nugroho, perencana keuangan di Partner Planning Education (MRE), mengatakan pekerja yang digaji Rp 8 juta itu harus menghitung dulu berapa kebutuhan untuk memiliki rumah. 

 Jika harga apartemen Rp 300 juta, pegawai harus memiliki minimal 20 persen dari harga tunai, yakni Rp 60 juta sebagai pembayaran pertama. “Kalau untuk pembayarannya sendiri juga harus diatur sesuai kemampuan kita. Semakin tinggi cicilan awal dan jangka waktu pembayaran, tentu bisa semakin rendah cicilan bulanannya,” kata Andi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/6). . 

 2. Pendapatan terpisah 

 Andi menuturkan, dengan pendapatan per bulan Rp 8 juta, mereka masih lajang, dan dengan asumsi tidak bisa menghidupi keuangan orang lain, mereka bisa menyisihkan minimal 20 persen dari pendapatannya, yaitu Rp 1,6 juta, untuk ditabung. 

 Angka ini kemudian menjadi acuan dan sekaligus menjadi jumlah maksimal kapasitas pembayaran. Dengan asumsi ini dilakukan secara rutin, dibutuhkan waktu 38 bulan bagi para pekerja untuk menerima pembayaran pertama mereka sebesar Rp 60 juta. 

 Untuk mempercepat, kata Andi, karyawan bisa menyisihkan lebih banyak lagi, katakanlah hingga 30 persen, untuk mengumpulkan uang jaminan. 

 “Mengingat kita (pekerja) lajang dan tidak punya tanggungan, daripada kehabisan uang untuk hal-hal yang kurang penting dan berguna, kita harus menabung untuk membeli rumah itu,” katanya. 

  3. Berikan bonus untuk menabung atau berinvestasi 

 Andi juga mengatakan, untuk mengumpulkan uang dengan cepat, karyawan bisa membagikan bonus dari tabungan. Jika ada keperluan lain, minimal 50 persen bonus bisa disimpan. 

  Selain itu, karena tujuan tabungan adalah 38 bulan dalam jangka panjang, dana yang terkumpul dapat diinvestasikan untuk mempercepat pertumbuhan. 

 “Kita bisa berinvestasi minimal pada instrumen yang berisiko menengah dan tinggi, seperti saham atau reksa dana campuran. Selain itu kita juga bisa memilih bentuk kepemilikan saham,” kata Andi.  

 4. Pertimbangkan hipotek 

 Sementara itu, Budi Rahardjo, financial planner di OneShieldt Financial Planning mengatakan, pekerja yang berpenghasilan Rp 8 juta per bulan bisa membeli rumah dengan membeli KPR. 

 Menurutnya, program ini membebaskan pekerja. Sebab, pemerintah memberikan dukungan berupa KPR bersubsidi yang memudahkan pembayaran uang muka, bunga, dan jangka waktu pinjaman. 

 “Pasti cash flow-nya dicek dulu. Pastikan setelah mengambil KPR, kebutuhan hidup masih terpenuhi dan masih ada yang bisa ditabung setelah membayar cicilan rumah,” ujar Budi. Ia yakin maksimal yang bisa diambil adalah sekitar 35 persen dari penghasilan atau sekitar Rp 2,8 juta per bulan. 

 Namun, Budi mengimbau karyawan juga mempertimbangkan apakah ada kenaikan atau penurunan beban lain sejak pengambilan KPR. Misalnya perubahan biaya transportasi atau hal-hal lain yang dapat mempengaruhi arus kas. 

 5. Jangan lupakan dana darurat

 Budi mengatakan, hal lain yang harus diperhatikan adalah memastikan keuangan Anda teratur setelah mengambil KPR. Misalnya, tersedianya dana darurat minimal tiga kali lipat dari pengeluaran rumah tangga serta tersedianya asuransi kesehatan dan jiwa. 

 “Ini agar transmisi tidak terganggu saat risiko mendekat,” ujarnya. 

 Budi mengingatkan jika kondisi keuangan tidak memungkinkan, jangan dipaksakan. Misalnya, jika gaji digunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari karena tanggungan yang banyak. 

 Jika ini terjadi, mengambil hipotek bukanlah jawabannya. Di sisi lain, ini memberi tekanan lebih pada arus kas. 

  "Selesaikan masalah cash flow dulu. Simulasikan agar pendapatan mencukupi lalu putuskan untuk mengambil KPR," kata Budi.

Posting Komentar untuk "Tips dan Strategi Membeli Rumah untuk Pekerja Bergaji Rp8 Juta"